Dari "Dab" Hingga "Pabu", Uniknya Bahasa Gaul Yogyakarta
“Hai dab, piye kabare?”. Sapaan tersebut begitu lekat terdengar di Yogyakarta. Belakangan bahkan terdengar dari percakapan sejumlah orang di kota–kota lain. Mereka yang menggunakannya hampir dipastikan pernah tinggal di Yogyakarta atau orang Yogyakarta yang sedang berkunjung ke kota lain lalu bertemu koleganya. Sapaan dalam bahasa Jawa tersebut memang identik dengan Yogyakarta. Tapi jangan anggap itu adalah bahasa Jawa seutuhnya karena di dalamnya terselip bahasa gaul.
Di Indonesia bahasa gaul memiliki banyak ragam. Setiap komunitas atau setiap daerah bisa jadi melahirkan bahasa gaulnya masing-masing dan eksis hingga kini.
Laludari mana sapaan gaul “dab” yang menjadi ikon sekaligus simbol eksistensi bahasa gaul Yogyakarta yang sangat populer itu berasal?. Berbeda dengan kosakata gaul lainnya yang dibentuk dengan memodifikasi susunannya, “dab” dibentuk dengan melibatkan teka-teki ala detektif. Proses pembentukan “dab” boleh dibilang sangat cerdas. Berikut pembentukkannya.
Ha naca raka datasawa la
Pa dha ja ya nya ma ga ba tha nga
Dua baris di atas adalah aksara Jawa yang diurutkan. Dengan metode layaknya pencerminan, “dab” dibuat dengan cara melihat aksara yang bersebarangan atau berhadapan. “Dab” yang berarti sapaan untuk laki-laki yakni “mas” terbentuk dari “da” yang berseberangan “ma” dan “b” pada “ba” yang berseberangan dengan “s” pada “sa”. Proses pembentukan yang kreatif sekaligus njlimetLaludari mana sapaan gaul “dab” yang menjadi ikon sekaligus simbol eksistensi bahasa gaul Yogyakarta yang sangat populer itu berasal?. Berbeda dengan kosakata gaul lainnya yang dibentuk dengan memodifikasi susunannya, “dab” dibentuk dengan melibatkan teka-teki ala detektif. Proses pembentukan “dab” boleh dibilang sangat cerdas. Berikut pembentukkannya.
Ha naca raka datasawa la
Pa dha ja ya nya ma ga ba tha nga
Dua baris di atas adalah aksara Jawa yang diurutkan. Dengan metode layaknya pencerminan, “dab” dibuat dengan cara melihat aksara yang bersebarangan atau berhadapan. “Dab” yang berarti sapaan untuk laki-laki yakni “mas” terbentuk dari “da” yang berseberangan “ma” dan “b” pada “ba” yang berseberangan dengan “s” pada “sa”. Proses pembentukan yang kreatif sekaligus njlimet..
Contoh :
Sacilan:bajingan
Japemethe:cahedewe
Dasun:mabuk
Lotse:ngombe
Pabu:asu
Bahasa ini lahir karena kreativitas orang Jogja dan diambil dari rumus tulisan Jawa “ ha na ca ra ka “ milikinya Aji Saka (Ingat tidak pelajaran bahasa Jawa di SD!) kemudian dikembangkan sedemikian rupa menjadi bahasa gaul/prokemnya orang-orang Jogja dan sekitarnya. Rumusan bahasanya sebagai berikut :
1. Menggunakan huruf jawa yang jumlahnya 20 huruf, yaitu “ Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La Pa Dha Ja Ya Nya Ma Ga Ba Tha Nga “
2. Ke-20 huruf dipisahkan menjadi 2 kelompok :
a. Kelompok pertama : “ Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La “
b. Kelompok kedua : “ Pa Dha Ja Ya Nya Ma Ga Ba Tha Nga “
3. Selanjutnya huruf kelompok pertama di jodohkan dengan kelompok kedua untuk memenuhi rumus dalam percakapan bahasa, misalnya :
Ha = Pa, Na = Dha, Ca = Ja, R = Ya, Ka = Nya, Da = Ma, Ta = Ga, Sa = Ba, Wa = Tha, dan La = Nga
Selanjutnya hurufnya dapat dibolak balik misalanya Pa = Ha, Dha = Na, Ja = Ca dan seterusnya.
Tuk lebih memperjelas seperti pada buku-buku pelajaran sobat muda dapat melihat contoh berikut ini !
1. Orang bilang “hire?” artinya dalam bahasa Jawa sehari hari “piye?”. Asalnya bagaimana “piye ?” dapat menjadi “hire ?” ? . Rumusnya : huruf Pa = Ha, dan Ya = Ra. Jadi huruf Pi = Hi dan Ye = Re, sehingga “Piye ?” menjadi “Hire ?”
2. Sebutan “ mas “ menjadi “ dab “ . Asalnya Ma = Da, dan S = B, sehingga “ mas “ jadi “ dab “.
3. Kata “ aku “ menjadi “ panyu”. Asalnya Ha/A = Pa, dan Ku = Nyu, sehingga “ aku “ jadi “ Panyu “.
Sobat muda untuk memperjelas pemahaman, cobalah mengartikan beberapa kata bahasa gaul berikut ini ! “ dosing “, “ podap “, “ nyothe “, “ temon “, “ gedhate “, “ hongibi”, “ pahen “, “ gunyu “, “ cingep “, “ pibo”, “dangil”, “meba”.
Bahasa gaul Jogja/walikan tidak ada aturan bakunya seperti bahasa ngoko, krama en kromo inggil yang termuat dalam sastra Jawa. Sebaliknya karena dianggap tidak ada asal usul dan kejelasan secara pasti aturanya semau pemakainya. Meskipun begitu kita tidak dapat mengelak bahwa bahasa semacam ini secara nyata ada dalam kehidupan masyarakat Jogja khusunya dalam lingkungan kanca muda. Apa lagi dikehidupan masyarakat cilik seperti pengamen, sopir, tukang becak, calo, preman sampai pelawak-pelawak muda de-el-el menjadi tidak asing.
Bahasa gaul semacam tersebut suadah menjadi makanan sehari hari buat mereka untuk diucapkan. Sehingga temen-temen tidak perlu heran en kaget so bingung jika pas jalan-jalan di Malioboro, stasiun, terminal en tempat keramaian lain tiba – tiba mendengar ucapan “ hire “, “ dab “ en lainnya . Dewasa ini bahasa gaul sudah menjadi terkenal untuk omong – omong yang tidak resmi, guyunon, lawakan sampai untuk braokan en bicara kemarahan.
Sekali lagi, sobat muda tidak bisa menolak bahasa Jawa gaul dan itu memang secara nyata ada serta sering digunakan tuk komunikasi or mempererat persahabatan. Tetapi apakah adanya bahasa Jawa gaul merupakan pencemaran terhadap bahasa Jawa ? Ataukah sekedar menghilangkan kejenuhan masyarakat terhadap kondisi bahasa Jawa itu sendiri yang semakin luntur terkikis zaman. Terserah pemikiran sobat muda !
Buat sobat muda, selamat berlatih en berbicara dengan bahasa gaul ini sehingga tidak kuper terhadap lingkungan Jogja yang penuh kreativitas en berhati nyaman.
O iya..kata kata ini juga tidak asing untuk para rapper rapper jogja.. G-tribe,Jahanam,Rotra sampai Los bendrong dll.
https://www.reverbnation.com/pisaubisuyogyakarta
Sabtu, 14januari 2017
Next suu a.k.a NickoSandi
👅BUDAYAKAN MEMBACA👅
aku wis nganggo tembung2 iku ket SD 2006-8an ning lagi weruh artine saiki.... suwun oom
BalasHapusMantap dab
Hapus